SEMOGA BERMANFAAT BAGI PEMBACA....

Senin, 03 Desember 2012

Stop HIV / AIDS


Tak Kenal Umur dan Tak Kenal Orang
Untuk HIV/AIDS
Oleh : Raden Rangga Jati




Mendengar kata “AIDS” pada tanggal 1 desember patutlah untuk direnungkan untuk melihat bentuk keprihatinan dan kepedulian  terhadap orang-orang terdekat dengan semakin merajalelanya bahaya dari virus HIV/AIDS diseluruh dunia terutama diwilayah Negara Indonesia, jika dilihat dari Kondisi seperti ini yang sangat memperihatinkan dari Jumlah penderita penyakit HIV/AIDS di Indonesia mencapai 26.483 kasus per Juni 2011. Bahkan baru-baru ini Kementerian Kesehatan mengeluarkan data yang mengejutkan soal penderita HIV/AIDS, yang Diperkirakan  sebanyak lebih dari 200.000 penduduk Indonesia menderita penyakit HIV/AIDS dengan daerah penderita terbanyak terdapat di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Papua, dan Bali .

Hari AIDS Sedunia sendiri pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Sedunia di Geneva, Swiss. Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Program AIDS Global (kini dikenal sebagai UNAIDS). Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan diselenggarakan pada 1 Desember 1988 dan berlanjut hingga saat ini.

Dengan memiliki keprihatinan dan bentuk kepedulian terhadap sesama atau pun orang-orang terdekat baik dari orangtua, keluarga dan teman-teman dekat agar terhindar  dari terjangkitnya virus mematikan yang belum ditemukan obatnya ini akan tetapi sudah banyak penderitanya. Bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap  sesama pun digerakan  dengan memperingati “Hari AIDS Sedunia”  yang jatuh pada tanggal 1 Desember untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS seperti  ; mengadakan kampanye-kampanye diberbagai dunia mengenai bahaya AIDS dengan bertujuan untuk memperluas informasi dan edukasi kepada masyarakat luas  agar meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak dari virus HIV/AIDS, dan memberikan himbauan dari  penyuluhan bahaya virus HIV/AIDS  agar menggunakan kondom , ketika melakukan hubungan intim sebagai bentuk tips aman agar tidak terjangkit penyakit yang mematikan dan sampai sekarang belum ditemukan obatnya.  Namun sesungguhnya dengan memberikan himbauan kepada masyarakat seperti ini juga mengundang banyak pertanyaan , “apakah dengan himbauan dengan  menggunakan kondom tidak sama saja dengan upaya untuk melegalkan seks bebas?? .

Dalam  hal kenyataannya ini untuk  berkata terhadap perilaku seks bebas (berganti-ganti pasangan) tidaklah terlepas dari bahaya  terjangkitnya atau penularan dari  virus HIV/AIDS , karena jelas diketahui melalui hubungan seks bebas (berganti-ganti pasangan) masih menjadi urutan nomor 1 dalam "menyumbang" angka penderita virus HIV/AIDS dilihat dari kelompok umur, kelompok umur penderita kasus AIDS terjadi pada kelompok umur 20 – 29 tahun yakni sebesar 46,4%, disusul kelompok umur 30 – 39 tahun 31,5% dan kelompok umur 40 – 49 tahun 9,8%  maka pada dasarnya berdasarkan data penderita virus HIV AIDS melalui hubungan seks bebas terbanyak berada pada usia yang produktif, maka pada dasarnya sangat disayangkan memang terhadap umur penderita kasus AIDS ini penderita terbanyak berada pada usia yang produktif yang seharusnya jauh lebih bisa melakukan hal-hal positif dan berguna  untuk kedepannya haruslah terjangkit virus yang mematikan ini, tetapi ya beginilah realitanya berdasarkan data terhadap virus HIV/AIDS yang bisa dibilang tak kenal umur dan tak kenal muda ataupun tua.

Pada dasarnya dengan memiliki keprihatinan dan kesadaran akan hal ini ,semua lapisan masyarakat haruslah ikut serta dan berupaya  menanggulangi, dan mengatasi penyakit HIV/AIDS ini dengan dukungan dan komitmen tinggi dari pemerintah dalam mempersatukan semua lapisan masyarakat untuk mencegah dan memerangi virus HIV/AIDS dengan berbagai macam cara, sesuai dengan “kesempatan dan kemampuan” masing-masing individu terutama dalam memberikan pengetahuan dan pendidikan yang luas mengenai bahaya virus HIV, serta mengedepankan etika dan estetika untuk memberikan himbauan lebih terhadap individu yang ingin melakukan hubungan intim haruslah melalui jalur-jalur yang telah ditentukan, tetapi semuanya kembali lagi kepada kesadaran pribadi masing-masing “mau atau tidak” dan “peduli atau memperdulikan” nya,.

 Harapannya dalam hal ini adalah agar pribadi masing-masing dapat menyadari bahayanya  virus yang mematikan dan  terhindar dari penyakit yang mematikan ini, kemudian meluas kepada keluarga, teman, tetangga, dan seluruh saudara sebangsa agar tidak terjangkiti HIV/AIDS. Selain itu, janganlah melakukan diskriminasi kepada para penderita penyakit HIV/AIDS,  karena mereka hanyalah  korban dari virus mematikan yang membutuhkan motivasi dan semangat untuk sembuh dari penyakit HIV/AIDS dari orang-orang terdekatnya, klo ngga bersatu mana bisa??.